Langsung ke konten utama

Bertemu lagi, Hai Penghujung Juni !

Penghujung JUNI,


Kurang lebih setahun sudah. Ku lalui hari tanpa….. rasa yang selalu membuatku memiliki mimpi indah pada bangun dan tidurku.
Sebelumnya, aku meminta maaf kepadamu bersama serpihan hati yang selama kurang lebih satu tahun ini ku kumpulkan dengan tertatih – tatih. Maaf atas kelancanganku yang telah memberanikan diri untuk menghubungimu kembali.
Aku tak memiliki maksud lain. Sungguh.
Tapi jikalau aku meminta kesediaan waktu mu sedikit saja untuk membaca, apakah kamu berkenan? Apa kamu bersedia?

Jawabnya, ada padamu.

***
Jangan simpan kertasku. Atau rangkaian kata yang ku kirimkan padamu, melalui titipan temanmu, maupun dariku sendiri. Aku, sungguh hanya ingin bertanya kabarmu. Aku bersusah payah berdamai dengan kondisiku. Dengan kondisimu. Aku sungguh hanya ingin menghapuskan dendamku. Meski aku tak berhak mengungkitnya.

Jadi,
Bagaimana kabarmu?
Certainly, you look better than before. Rite ? J

Sejujurnya, aku senang sekaligus benci melihatmu bahagia. Aku senang, karena aku bisa melihat senyummu, meski bukan bersamaku. Aku senang, melihat tatapan cintamu. Yang bukan lagi milikku. Dan aku benci, karena aku membencimu begitu dalam.

Maaf,
Aku tak bermaksud mengungkap masalalumu.
Aku tak ingin mengusik hari barumu. Bersama wanitamu.
Aku juga tidak sama sekali iri pada kisah mu yang baru.         
Aku masih merasa lebih baik lagi. Sungguh.

Mungkin, aku nyaris kehabisan waktu. Waktu yang ku lalui dengan kesiasiaan.
Sepanjang waktu, aku murka. Aku memaki diriku. Aku mengutuk kelakuanmu. Aku menghakimi hatiku. Hingga pada akhirnya aku menyerah, pada titik lelahku. Titik lelah membencimu. Titik jenuh mencintaimu dalam amarah.
Maafkan aku..

Jawabnya ada padamu.

Aku tak berharap kamu membalas surat elektronikku.
Aku tak berharap mendengar lagi kata manis dari bibir indahmu.
Aku tak berharap bola mata yang ku kagumi itu saling bertemu dengan mataku.
Aku tak berharap mendapatkan lagi apa yang pernah menjadi milikku.

Tidak…

Aku sungguh, sekedar ingin menyampaikan maaf kepadamu. Tidak sedikitpun ada serpihan yang lebih daripada itu,

Tidak…

Maaf atas hatiku yang ku selimuti dengan karang kecemburuan.
Maaf atas otakku yang ku belenggu dengan sugesti kebencian.
Maaf atas kelancangan jemariku, merangkai kembali kata untukmu.
Bukan cita – citaku menabung benci. Aku hanya ingin berdamai dengan hatiku sendiri.
Maafkanlah aku..


Baiklah.
Kurasa cukup.
Mungkin saja ini surat terakhirku. Mungkin juga tidak.

Terimakasih untuk waktu yang kamu luangkan untuk membaca surat sampah ini.
Terimakasih untuk waktu yang pernah kamu sediakan untukku, bertahun-tahun silam.
Aku tak ingin terlambat berterimakasih pada siapapun.
Aku tak ingin terlambat meminta maaf kepadamu.
Aku pernah tersentak. Mengingat tiap tiap kata dan sumpah benciku, kepadamu.
Namun Aku tak pernah menyesal. Aku tak meratapi kepergianmu. Aku tak berharap kamu kembali.
Meski aku, merindukanmu begitu dalam…

Berbahagialah, Tuan Tampan..

Ku Mohon, Maafkan aku.
Terimakasih J


Yang terlupakan di,
15 January








Backsound uyeayy!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

hari kelima samadengan duapuluh !

aloha, hari kelima dibulan sembilan ! tanggal yang manis dan sendu utk dia, kekasihku.  tepat pada tanggal ini, usianya genap kepala dua tak ada yang bisa kuberi, tak ada surprise yg kubuat.  entah, ia bahagia apa tidak.  aku hanya mampu memberinya air mata, dan penyesalan atas ketidakromantisanku.  dia bilang, dia baik2 saja.  dan aku harap ia tidak sedang mengadangada.  semogaa... ucapan selamat saja, dan doa sekadarnya yg kuucap dihadapannya entah mencukupi relung kosong dihari spesialnya atau tidak,  aku hanya berharap. aku rasa ia mengarang bebas ttg kebahagiaan, tapi aku menatapnya.  menatap kedua bola mata yg tidak terlalu besar itu,  dan mengeja-eja membaca apa yang tertulis di balik hati kecilnya, apa yang ia pikirkan setelah melihat gadis kecil yg ia katakan ia mencintainya?  aku ingin tau segala yg ada pada isi hati dan otaknya  dan aku ingin sekali memilikinya seutuhnya, serta aku ambil alih kendalinya sadis ! memang sadis. atau gila. iya, memang gil

Penghujung Juni...

30 Juni 2016 Penghujung Juni Dimana lembaran cerita dua insan terlarang harus tamat sampai disini. Dimana nafas cinta tak lagi berhembus. Dimana nada cinta tak lagi berirama. Semuanya hilang seketika. Tak ada lagi detak kerinduan. Tak ada lagi angan untuk saling bersama. Tuhan, tolong bunuh hati ku. Matikan rasaku. Aku mohon.. :”) Dengan apapun akan aku lakukan. Asal jangan Engkau kembalikan dia padaku. Sungguh, aku tak sudi.. Bila cinta harus tumbuh dengan cabangnya. Aku tak akan pernah rela. Silakan Tanya aku. Dan aku akan kembali bertanya, “Putuskan cabangnya? Atau cabut akarnya ?” Silakan pilih.. Bila tidak bisa memilih salah satunya. Baiklah, aku akan berpindah. Dan akan aku bangun gubuk ku sendiri. Dengan sebidang tanah tanpa akar menjalar dan serabut. Aku ingin bidang yang datar, tanpa kerikil tanpa akar rumput rumput liar yang nantinya akan menyulitkanku melangkah.. Hai Kamu, Petani Cinta.. Sudikah engkau mencabut Cinta yang Bercabang untukku

Teruntuk hatiku tersayang

Hai Hatiku yang patah.. Apakabarnya? Masihkah kamu bertahan dengan kesengsaraan? Masihkah kamu meringkuk di sudut gelap kamarmu, memunguti bulir-bulir air mata sepanjang hari? Ataukah kamu sudah berada di tengah keramaian dan tetap merasa sepi? Kasihan kamu , hatiku.. Buka lah topeng "baik-baik saja"mu. Jangan bersembunyi di belakang bekas sayatan lukamu. Luka mu belum kering. Masih terbuka dan lebam membiru.. Remuk remah patahannya, jangan lagi kamu simpan pada kotak kenanganmu yang usang itu.. Hatiku, kamu adalah inti dari kehidupan. Inti dari rasa yang aku miliki sebegitu dalam untuknya. Tolong, janganlah rusak, patah, bahkan hilang warnanya .. Tersenyumlah hatiku. Semua ini jawaban Allah untukmu. Hatiku yang patah.. Yang kini tengah bercumbu dengan luka dan perih. Membelai mesra luka-luka basah yang masih bernanah darah. Menggerogoti hati yang masih berbentuk utuh. Hingga retak dan tak tau lagi bagaimana bentuknya. Darah-darah amarah yang mengalir deras pada n