Langsung ke konten utama

Teruntuk hatiku tersayang

Hai Hatiku yang patah..

Apakabarnya?
Masihkah kamu bertahan dengan kesengsaraan? Masihkah kamu meringkuk di sudut gelap kamarmu, memunguti bulir-bulir air mata sepanjang hari? Ataukah kamu sudah berada di tengah keramaian dan tetap merasa sepi? Kasihan kamu , hatiku..
Buka lah topeng "baik-baik saja"mu. Jangan bersembunyi di belakang bekas sayatan lukamu. Luka mu belum kering. Masih terbuka dan lebam membiru.. Remuk remah patahannya, jangan lagi kamu simpan pada kotak kenanganmu yang usang itu..

Hatiku, kamu adalah inti dari kehidupan. Inti dari rasa yang aku miliki sebegitu dalam untuknya. Tolong, janganlah rusak, patah, bahkan hilang warnanya ..
Tersenyumlah hatiku. Semua ini jawaban Allah untukmu.



Hatiku yang patah.. Yang kini tengah bercumbu dengan luka dan perih. Membelai mesra luka-luka basah yang masih bernanah darah. Menggerogoti hati yang masih berbentuk utuh. Hingga retak dan tak tau lagi bagaimana bentuknya. Darah-darah amarah yang mengalir deras pada nadiku, atas dasar kesadaranmu yang menggoreskan luka di dinding - dinding rongga hatiku, membakar sel sel otakku untuk selalu meledakkan dinamit emosiku.. Aku. Murka !



Tak perlu lagi aku berlindung di balik tegar yang bersembunyi pada senyum palsu baik baik sajaku. Biarkan jagad raya tau bagaimana luka yang tergores dalam pada hatiku. Tak perlu lagi aku utarakan apa yang tidak aku rasakan. Aku berhak untuk menguak perasaan sakitku, pada jagad raya maupun pada sajadahku..

Bagian tersulit adalah bagaimana aku harus menghapuskan bekas luka ku sendirian. Entah kenapa, apa yang ada dalam sudut gelap pikiranmu. Teganya kamu menikam hatiku, dengan samurai panjang dengan sarung maaf nya, kemudian berlalu, pergi .. Tahukah kamu bagaimana rasanya luka tertusuk? Aku hanya bisa memegangi dadaku, menangis sejadinya, berteriak sekencangnya meraung kesakitan, dan kamu tak membantuku lagi untuk membangkitkanku.. Bersimbah darah hatiku yang terluka oleh sikapmu. Sungguh aku tak akan pernah mengerti :")


Aku paham, caramu menggoreskan luka secara perlahan agar aku benar merasakan kesakitan yang luar biasa. Agar aku tersiksa dan menderita sejadi jadinya . Luka itu masih ada, berdarah darah akibat goresan tajamnya cinta yang salah. Kamu masih bisa melihatnya, sampai sekarang. Untungnya ia masih bernyawa, masih bernafas di atas nama kecewa..

Kamu tau ? Memaafkan dan berdamai dengan amarah bukanlah perkara yang mudah. Aku harus secara merinci mengumpulkan serpihan retak hatiku yang telah jatuh berserakan karna kau bebat..
Apalagi disakiti, dikhianati oleh orang yang paling di cinta, paling di percaya dan sudah aku jadikan nomor satu dalam list orang-orang yang pernah jadi saksi kehidupanku dalam perlombaan lari, perjuanganku menuju garis finish untuk mendapatkan tropi terbaik persembahan keluargaku :")




Aku sudah benar benar sadar, ini adalah pertanda dari Allah Swt. Bahwa kamu bukanlah malaikat yang di utus untuk menemani hari hariku. Aku terjebak keliru.
Aku sadar, kita tidak tinggal disurga. Melainkan di dunia yang penuh dengan kekeliruan dan masih harus terus belajar, berjuang mempertahankan hak untuk terus bertahan.
Lalu ? aku kini sudah tidak lagi sanggup untuk bertahan. Aku lemas dan tertatih. Hatiku begitu inti akan stamina tubuh mungilku..



Hai Hatiku yang patah..
Menangislah sesedih-sedihnya, meraunglah sepuasnya dan berteriaklah sewajarnya. Semua itu menjadi hak mu karna kamu telah di nodai. Meski aku tak pantas menobatkan bahwa cintamu suci. Setidaknya kamu sudah berusaha mencintai hati yang salah dengan cara yang terbaik. Jangan lagi berusaha untuk menjadi malaikat. Atau bidadari yang akan menemani sang pangeran tampan kelak di surga. Karena tidak ada satupun penghuni surga yang berkhianat dengan apa yang telah ia niatkan untuk di jadikan janji sucinya kelak..


Hai Hatiku yang patah..
Keluar lah dari zona kepahitanmu. Cari lah ruang aman untuk bersembunyi dari hati yang telah menkriminali hatimu. Tutuplah pintumu rapat2. Gelapkan semua lampu. Untuk sementara, migrasi lah ketempat dimana kamu akan terbawa dengan bunga bunga ranum nan harum dari kehidupan. Berteriaklah. Luapkan apa yang menjadi amarahmu. Itu sebuah kewajaran..
Hatiku memiliki nyawa, dan itu adalah bukti bahwa hatiku benar benar hidup.
Bersabarlah hai hatiku, Allah tidaklah buta dan Ia tidaklah tidur.. Akan datang masanya lukamu akan sembuh. Entah dalam waktu dekat atau lamban. Yakinlah, Allah akan menggantikan bulir-bulir airmatamu menjadi bulir - bulir kebahagiaan.. Janji Allah itu nyata, dan Ia hanya meminta kita untuk bersabar...



Komentar

Postingan populer dari blog ini

hari kelima samadengan duapuluh !

aloha, hari kelima dibulan sembilan ! tanggal yang manis dan sendu utk dia, kekasihku.  tepat pada tanggal ini, usianya genap kepala dua tak ada yang bisa kuberi, tak ada surprise yg kubuat.  entah, ia bahagia apa tidak.  aku hanya mampu memberinya air mata, dan penyesalan atas ketidakromantisanku.  dia bilang, dia baik2 saja.  dan aku harap ia tidak sedang mengadangada.  semogaa... ucapan selamat saja, dan doa sekadarnya yg kuucap dihadapannya entah mencukupi relung kosong dihari spesialnya atau tidak,  aku hanya berharap. aku rasa ia mengarang bebas ttg kebahagiaan, tapi aku menatapnya.  menatap kedua bola mata yg tidak terlalu besar itu,  dan mengeja-eja membaca apa yang tertulis di balik hati kecilnya, apa yang ia pikirkan setelah melihat gadis kecil yg ia katakan ia mencintainya?  aku ingin tau segala yg ada pada isi hati dan otaknya  dan aku ingin sekali memilikinya seutuhnya, serta aku ambil alih kendalinya sadis ! memang sadis. atau gila. iya, memang gil

Penghujung Juni...

30 Juni 2016 Penghujung Juni Dimana lembaran cerita dua insan terlarang harus tamat sampai disini. Dimana nafas cinta tak lagi berhembus. Dimana nada cinta tak lagi berirama. Semuanya hilang seketika. Tak ada lagi detak kerinduan. Tak ada lagi angan untuk saling bersama. Tuhan, tolong bunuh hati ku. Matikan rasaku. Aku mohon.. :”) Dengan apapun akan aku lakukan. Asal jangan Engkau kembalikan dia padaku. Sungguh, aku tak sudi.. Bila cinta harus tumbuh dengan cabangnya. Aku tak akan pernah rela. Silakan Tanya aku. Dan aku akan kembali bertanya, “Putuskan cabangnya? Atau cabut akarnya ?” Silakan pilih.. Bila tidak bisa memilih salah satunya. Baiklah, aku akan berpindah. Dan akan aku bangun gubuk ku sendiri. Dengan sebidang tanah tanpa akar menjalar dan serabut. Aku ingin bidang yang datar, tanpa kerikil tanpa akar rumput rumput liar yang nantinya akan menyulitkanku melangkah.. Hai Kamu, Petani Cinta.. Sudikah engkau mencabut Cinta yang Bercabang untukku