Hai Mei… Aku punya sedikit kisah mengenai kehidupan yang begitu indah. Yang membuatku tak pernah lupa akan rasa syukur. Namun mampu membuatku “lupa” siapa diriku . Hai Mei.. Aku punya satu hati yang aku jaga dengan kewaspadaan. Ku titipkan ia, di ruang hati lain, yang menerima hatiku apa adanya. Agar hatiku selalu terjaga aman dan nyaman. Agar hatiku tetap berwarna merah penuh cinta dan keberanian. Bukan berwarna hitam legam yang bisa membutakan nurani.. Hai Mei.. Kamu tau siapa yang aku maksudkan ? Yaaa.. Dia. Dialah sang penjaga hati kecilku. Ku percayakan dia untuk menjaga hati ku yang amat rapuh. Ku yakini dia sebagai pengasuh hati ku. Yang dapat dengan tulus menjaga hatiku yang sudah tak utuh lagi bentuknya.. Hai Mei.. Aku pernah bertanya kabar kepada hatiku. Ternyata ia sangat baik. Ternyata ia sangat berseri..Ternyata ia kini terlihat warnanya, meski kulihat beberapa bekas luka di permukaannya yang tipis.. Tetapi tidak seperti se
Penghujung JUNI , Kurang lebih setahun sudah. Ku lalui hari tanpa….. rasa yang selalu membuatku memiliki mimpi indah pada bangun dan tidurku. Sebelumnya, aku meminta maaf kepadamu bersama serpihan hati yang selama kurang lebih satu tahun ini ku kumpulkan dengan tertatih – tatih. Maaf atas kelancanganku yang telah memberanikan diri untuk menghubungimu kembali. Aku tak memiliki maksud lain. Sungguh. Tapi jikalau aku meminta kesediaan waktu mu sedikit saja untuk membaca, apakah kamu berkenan? Apa kamu bersedia? Jawabnya, ada padamu. *** Jangan simpan kertasku. Atau rangkaian kata yang ku kirimkan padamu, melalui titipan temanmu, maupun dariku sendiri. Aku, sungguh hanya ingin bertanya kabarmu. Aku bersusah payah berdamai dengan kondisiku. Dengan kondisimu. Aku sungguh hanya ingin menghapuskan dendamku. Meski aku tak berhak mengungkitnya. Jadi, Bagaimana kabarmu? Certainly, you look better than before. Rite ? J Sejujurnya, aku senang sekaligus benci me