20 Juni 2016,
Ini bukan diary. Bukan pula cerpen tentang sakit hati. Atau sinopsis tentang cerita pengkhianatan..
Di lain waktu,
Ada sapa yang aku rindukan. Ada rindu yang biasanya aku sapa. Lalu kini, menjadi bisu tak bersuara. Adakah yang ku rasa sakit ? Tentunya. Adakah bagian diriku yang terluka? Pastinya. Perlukah kau bertanya "mengapa"? Sungguh tiadalah perlu.
Dalam diam, aku berdoa agar Matahariku tetap indah dan terang. Menjaga kehangatannya kala aku di terpa dingin. Kemudian, menerangi langkah-langkah ku yang redup. Dan aku senang, doaku di kabulkan. Meski untuk sementara waktu, Matahariku tertutup awan mendung. Entah sampai kapan.. Tak usah kau tanya lagi. Pastinya saat ini aku rabun, gelap dan terus melangkah hingga akhirnya terjatuh..
Bukan aku menyalahkan Matahari keindahanku. Aku maklumi. Setiap kondisi pasti akan berubah. Tiap kondisi pasti akan berbeda. Dimana kita di tempatkan pada zona nyaman bahkan tidak aman. Lalu, apa kita bisa menyalahkan kondisi? jika "kondisi" bisa berbicara, mungkin ia akan melakukan pembelaan diri. Hanya langit yang bisa mendengar, dan meledek sesukanya . Menjadi penonton setia yang tak pernah berperan menghangatkan hati yang kedinginan.
Aku tak pernah menyangka sebelumnya. Dalam perjalananku. Matahariku setia menemaniku. Menerangi sampai jiwa dan ragaku. Menghangatkan tiap tiap rongga dadaku yang kosong.. Sampai ketika suatu hari, aku harus berhadapan dengan apa yang tidak ingin aku lihat. Aku BENCI melihatnya. Aku BENCI melaluinya ! Sampai malam larut aku memang tetap berjalan, menyanyikan lagu cinta dan bermanja dengan kehangatan matahariku. Lalu? Kini yang terjadi,matahari mengkhianati ku. Meredupkan cahayanya, demi "Bulan" yang belum saatnya datang di siang hariku yang cerah. Aku terganggu. Sungguh ! Aku murka ! Aku tak suka apa yang aku sayangi kemudian harus terbagi tanpa seizinku ! Ini Cahayaku. Bukan Cahayamu, "Bulan"... Aku KECEWA ..
Entah pada siapa aku harus marah. Pada siapa aku harus menyandarkan bahuku. Dimana aku harus meluruskan kaki kaki ku yang mulai lemah berjalan. Aku lemas. Kehilangan tenaga untuk terus berjalan. Aku tak berdaya. Melanjutkan apa yang aku ukir indah dengan Matahariku, Aku. Kehilangan akal untuk terus mencari cara agar diterangi Matahariku :")
Hai..
Matahariku yang begitu indah.
Kamu belum meninggalkanku kan? Hanya saja, sinarmu tlah memudar.
Kamu tau ? Aku lemah tanpa cahaya. Aku lemah tanpa kehangatan. Yang biasanya kudapat cuma cuma dari mu..
Ku kira, Allah menghadiahiku Matahari khusus untuk menemaniku berjuang melewati gurun yang sunyi sepi. Ku kira, Allah berbaik hati padaku, memberikan kehangatan untuku dengan menghadirkan Matahari yang indah dan setia padaku..
Matahariku berkata, "aku hanya menemani bulan sebentar. Karena ia sedang kesakitan. Dan ia butuh cahaya yang terang agar di jauhkan dari gelap"
Ya Allah..
Pantaskah murkaku melebihi Mu ?
Aku tau Engkau akan jawab tidak..
Ya Allah..
Pantaskah aku merasa cemburu?
Pantaskah aku merasa "Matahari" itu hanya milikku?
Ya Allah..
Jika memang aku keliru. Berikanlah Rahmat-Mu untuk menjadikanku lebih kuat dari bintang bintangku.. Berikanlah hidayah-Mu agar aku bisa bergabung bersama bintang yg selalu tersenyum setiap malamku..
Ya allah..
Kabulkanlah doa, untuk menyembuhkan mataku, agar aku bisa berjalan di malam hari .. :")
Bolehkah aku titipkan rindu yang begitu menusuk kepada Matahariku?
Kini aku berjalan dengan keterbatasan. Dengan hati yang mulai bernanah. Dengan mata yang sudah begitu rabun. Membuatku berjalan merangkak, meraba raba jalan, mengendus-endus harum aroma kecintaan yang mulai memudar pula. Lalu pada jalan mana yang harus aku tempuh?? :"")
Ya Allah..
Berikanlah "Bulan" kebahagiaan. Bersama kehangatan yang diberikan Matahariku,
Sungguh, aku tidak ingin "Bulan" merasakan sakit yang sama denganku. Merasakan sakit, kehilangan cahayanya..
Ya Allah..
Beritahukan kepada Matahariku. Sesungguhnya aku membutuhkan sinarnya.
Tanpanya, aku jadi tak bisa berjalan sempurna.
Tanpanya, aku tak bisa mengenali arah jalan untuk berjuang..
Tapi cahaya nya saat ini sedang berpaling dariku, begitu menusuk dan membuatku kehabisan kata untuk melihatnya.. Sudah cukup, hai kesayanganku.. Aku lelah beradu pitam denganmu.. Sudahlah..
Jagalah ia dengan baik. Semoga ia masih mengingatku.
Sungguh, perkenalan dengan "Bulan" ini sangatlah indah . Meski harus ku korbankan "penglihatanKu"
yang terlupakan,
sayup
Komentar
Posting Komentar