Langsung ke konten utama

Secercah " nur "

Bukan maksud untuk tidak mensyukuri apa yang telah terjadi. 
Tapi segala konsekuensi yg harus dihadapi membuat urat syarafku menegang. 
Bahkan tertarik, dan untung saja tidak putus. 
Yang aku jalani, bukan tanpa tujuan dan cita – cita. Aku punya itu. 
aku menyimpan segenggam harapan dan juga mimpi indah. 
Namun, mungkin saja terlihat belum jelas. 
Entah samar atau masih kelabu. Kabut – kabut yang menghalangi jalanku, membuatku sulit melihat ke arah paling depan. 
Arah yang aku tuju. Aku bukan buta. 
Hanya saja, jalanku, langkahku, masih tertutupi kabut tebal yang membandel. 
Membuat aku menjadi berat melangkah.


Secercah cahaya yang aku cari, entah dimana. Mengapa begitu sulit.
Padahal aku bukan mencari banyak lampu. Bukan lampion. Bukan bohlam.
Sedikit saja cahaya, entah itu dari lilin atau dari lampu kecil yang ada diujung kriket.
Aku ingin cahaya itu menerangi langkahku, agar aku tidak lagi tersandung- sandung.
Aku ingin langkahku, lancar. Tanpa harus menginjak bebatuan.
Aku ingin aku dapat melangkah dengan kepala yang sejajar dengan jalanku.
Bukan dengan kepala yang terus tertunduk dan menerawang atas apa yang akan aku injak di depan.
Aku lelah jalan seperti itu. sungguh.
Kepalaku sakit. Leherku pegal. Kakiku berat.
Aku juga tidak pernah tau, nama jalan yang aku singgahi itu apa namanya.
aku hanya melewati, melihat – lihat.
Lalu, ya berlalu begitu saja. Terkadang aku tersesat.
Namun aku tidak pernah bisa memutar arahku.
Aku tetap melangkah, meski dengan penuh keraguan.
Aku, aku tidak lumpuh. Tidak buta.
Tapi entah kenapa aku merasa begitu ringkih?
Padahal usiaku baru saja belasan tahun. Langkah yang tergopoh – gopoh.
Layaknya orang dewasa yang akan tua dan bertemu dengan penyakit.
Aku memang tidak terlihat seperti itu, tapi menurutku Rasanya sama saja dengan orang orang tua itu. slayang – sloyong. Tapi tidak mabuk. Terpejam.
Tapi tidak tidur. Bengong. Namun tidak gila. Menangis. Tapi tidak cengeng. Lalu, aku apa?

Aku gadis yang tengah di uji kesabarannya.
Yang tengah di berikan sebuah pilihan ganda. Hanya dua pilihan.
Harus lanjut atau berhenti. Dalam lomba lari, aku harus mundur satu langkah, atau tetap melangkah kencang, menuju finish.
Menjadi pemenang. Menjadi pecundang.
Atau aku harus melewati jalur alternatif, memotong jalan.
Atau berlari di atas garis pembatas lajur lawan.
Tapi, resikonya aku didiskualisifikasi.
Entah menang atau kalah suatu saat nanti, yang jelas aku mempunyai satu supporter yang berteriak paling kencang dan selalu bertepuk tangan paling keras di antara penonton2 lainnya.
Dan dengan rela ia menghabiskan tenaganya untuk menyemangatiku, membangkitkan ku, bahkan menuntun lagi langkahku, walau ia tau mustahil rasanya jika aku akan menjadi pemenang yang sempurna nantinya.
Itulah dia. Kekasih terlarangku.
Seseorang yang paling semangat memberiku, sebutir dua butir kata motivasi.
Menghiasi hidupku. Mewarnai hariku.
Dan terus mendorongku dalam lomba lari yang semu ini.
Dan ia selalu menerimaku apa adanya, meski aku terjatuh beberapa kali.
Meski aku terluka parah, atau mulai mengurangi kecepatan lariku.
Ia yang rela mengangkatku, dan membawaku ke jalur yang lebih jauh lagi. Ya, dia kekasihku.

Entah ucapan apa yang harus aku bisikkan pada kedua telinganya.
Entah apa yang harus aku berikan untuk membalas sgala budi baiknya.
Dan entah apa yang harus aku korbankan seraya membayar cintanya.
Setidaknya agar kami impas.
Kasihan.. gadis mungil berparas tampan itu harus ikut menanggung beban keluargaku.
Tak sepantasnya ia melewati pula masa sulit ini.
Sungguh.
Aku malu.
Aku merasa bersalah.
Terkadang.....

Komentar

Postingan populer dari blog ini

hari kelima samadengan duapuluh !

aloha, hari kelima dibulan sembilan ! tanggal yang manis dan sendu utk dia, kekasihku.  tepat pada tanggal ini, usianya genap kepala dua tak ada yang bisa kuberi, tak ada surprise yg kubuat.  entah, ia bahagia apa tidak.  aku hanya mampu memberinya air mata, dan penyesalan atas ketidakromantisanku.  dia bilang, dia baik2 saja.  dan aku harap ia tidak sedang mengadangada.  semogaa... ucapan selamat saja, dan doa sekadarnya yg kuucap dihadapannya entah mencukupi relung kosong dihari spesialnya atau tidak,  aku hanya berharap. aku rasa ia mengarang bebas ttg kebahagiaan, tapi aku menatapnya.  menatap kedua bola mata yg tidak terlalu besar itu,  dan mengeja-eja membaca apa yang tertulis di balik hati kecilnya, apa yang ia pikirkan setelah melihat gadis kecil yg ia katakan ia mencintainya?  aku ingin tau segala yg ada pada isi hati dan otaknya  dan aku ingin sekali memilikinya seutuhnya, serta aku ambil alih kendalinya sadis ! memang sadis. atau gila. iya, memang gil

Penghujung Juni...

30 Juni 2016 Penghujung Juni Dimana lembaran cerita dua insan terlarang harus tamat sampai disini. Dimana nafas cinta tak lagi berhembus. Dimana nada cinta tak lagi berirama. Semuanya hilang seketika. Tak ada lagi detak kerinduan. Tak ada lagi angan untuk saling bersama. Tuhan, tolong bunuh hati ku. Matikan rasaku. Aku mohon.. :”) Dengan apapun akan aku lakukan. Asal jangan Engkau kembalikan dia padaku. Sungguh, aku tak sudi.. Bila cinta harus tumbuh dengan cabangnya. Aku tak akan pernah rela. Silakan Tanya aku. Dan aku akan kembali bertanya, “Putuskan cabangnya? Atau cabut akarnya ?” Silakan pilih.. Bila tidak bisa memilih salah satunya. Baiklah, aku akan berpindah. Dan akan aku bangun gubuk ku sendiri. Dengan sebidang tanah tanpa akar menjalar dan serabut. Aku ingin bidang yang datar, tanpa kerikil tanpa akar rumput rumput liar yang nantinya akan menyulitkanku melangkah.. Hai Kamu, Petani Cinta.. Sudikah engkau mencabut Cinta yang Bercabang untukku

padam

Dan kini tidak ada lagi yang harus di kenang . segala kisah cinta terlarangpun sampai pada entah happy ending atau tragedi . tak ada lagi perasaan rindu akan dosa yang selama ini ku nikmati diam diam. Tak ada lagi tangis penyesalan akan ke maksiatan yang biasanya terjadi atas nama khilaf.  Dan tak ada lagi, manusia berkelamin sama yang menjadikan ku budak.. semua benar benar berakhir.. Mungkin Tuhan tlah mengerti , atau iba melihatku.  Kini di turunkannya lah malaikat berkelamin , yang tak sama dengan ku.. dan insya allah ia tulus menyayangiku,. “  Tuhan , jika memang benar dia Kau utus untuk menjagaku, aku memohon kepadaMu, jangan biarkan ia menyakitiku sedikitpun . dan jauhkan kami dari segala kemaksiatan . Tuhan, jika ia sungguh menyayangiku sepenuh hatinya . izinkan aku membalas kasihnya. Dan restuilah kami, jauhkan dari segala indah yang mengandung dosa . aku mohon Tuhan... tak lagi sudi aku kembali pada dunia ku yang penuh dengan penyimpangan . aku ingin bersama dengan Malaikat