Aku,
kamu. Batu dg batu. Api dg api. Karang dg karang.
Entah kita akan bertahan atau tidak. Mungkin
itu yang menjadi pemikiranmu saat ini, saat dimana kita menjadi renggang. Saat
dimana kita selalu beradu argumentasi pedas; sekarang. Candaan manis, desah
manja, dan segelintir tawa, yang biasa terselip pada setiap obrolan kita, kini
dapat dihitung dg jari, setelahnya? Ya, kami bertengkar.
Salahkah
aku menyeret diri pada organisasi yang ku anggap asik itu? “ aku tak
menyalahkanmu,mungkin kegiatan itu baik
sekali untuk masa depanmu “ aku ingat benar perkataanmu. Jelas ! tapi aku tau,
dan aku mengerti saat kamu ucapkan itu, kamu sedang mendustai setiap
perasaanmu. Rasa yang hilang, pahit; mungkin yang ada padamu saat ini. Memang
aku yang menghilang, tapi tidak untuk nyata, tidak untuk jangka panjang. Aku
hanya tak terlihat olehmu, untuk beberapa saat. Tak lama, hanya hitungan jam.
Tapi bagimu, itu sudah dijangka waktu yang cukup panjang. Aku mengerti,
mengerti setiap diammu, mengerti sekali tiap tiap lirikan kemarahanmu.
Sederhana keinginmu, sebenarnya. Dan aku sadar, kamu begitu kecewa padaku.
Ø
“ aa iri sama mereka. Mereka yang selalu ada
setiap harinya sama neng. Bisa ngeliat neng. Bisa bercanda sama neng. Bisa liat
neng ketawa. Aa pengen aa bisa kaya gitu. :’) “
Ø
“ gada satu manusiapun yg terlepas dr rasa
egois, aapun sering ngerasain kaya gitu bahkan inilah yang aa rasain saat neng
ungkit soal kf kemaren sampe temen neng nganggepnya kalo aa ga pernah suka.
Letak keegoisan aa Cuma disitu, aa Cuma minta waktu sebentar dalam 2hari buat
liat neng disamping aa. Mereka berfikir aa egois, iya aa akuin emg aa egois !
krn mereka gatau posisi aa. Dr awal jam kelas sampe selesai kelas neng sm
mereka. Setelah keluar kelas neng jg sama mereka, emg aa ada disitu. Tp saat
neng hadir utk tanggung jawab kf, neng ama mereka juga kan? Kapan aa ngerasain
kaya mereka? Kapan? Hah !!!! aa gtau itu baik, aa tau organisasi itu positif
bgt. Tp apa neng pernah menghitung brapa jam bisa ketemu aa dikampus? Apa
mereka bisa ngerasain apa yg kita rasain? :’) “
Ø
“ selain ngejalanin kewajiban aa, emang tujuan
aa apa kekampus? Neng itu semangat aa, motivasi aa! Emang neng pikir, aa ga
betah dikelas itu karna apa? Karna aa pengen liat neng. Bangun pagi-pagi,
setiap sabtu minggu. neng kira aa mau liat siapa? Liat NENG ! siapa yang aa
harapin pertama kali aa liat di kampus? NENG ! waktu kita ketemu itu Cuma sabtu
minggu, dan sekarang udah bisa dihitung. Cuma dalam beberapa jam.........”
Aku
sadar, memang aku yang bersalah. Meski kamu tak menyalahkan aku di depanku. Aku
yang terlalu egois, dan aku yang tak pernah bisa mengerti perasaanmu,
keinginanmu yang sebenarnya sederhana itu. entah harus bagaimana lagi aku
memohon maaf padamu, tak menghargai perasaanmu walau secuil. Aku yang hanya
memikirkan apa keinginanku, namun tidak apa yang kubutuhkan. Begitupun kamu,
apakah aku telah menjadi bagian dari yang kamu butuhkan ? aku mencoba
memahamimu, sayang :’) meski sulit. Benar benar sulit.
Dan aku
telah terlanjur berkomitmen pada organisasi yang kugeluti itu, tapi aku juga
masih ingat benar, apa yg telah menjadi janji kita, komitmen ku padamu jauh
sebelum aku berkecimpung pada dunia baruku. Aku menyimpan rapi semua itu pada
memoryku sayang, tenanglah :’)
Apabila
kamu tak lagi sanggup merajut benang merah pada hubungan terlarang ini,
katakanlah sayang. Aku, berusaha untuk memakluminya. Utarakan kekesalanmu,
meski pahit untukku. Luapkan kemarahanmu, dan teruslah mencibirku dg bibir manis.
Aku ikhlas. Sungguh. Silakan bunuh aku dg beberapa rangkai kalimatmu, aku
pasrah. Tapi tidak disaat kita sudah sepakat untuk tidak membahasnya lagi, dan
tidak lagi berperang seperti prajurit sastra, kumohon jangan kamu ingkari
kesepakatan itu. aku benar-benar merasa tersudut, hingga mentok. Aku tak tau
apa yang bisa mengembalikan keadaan semula ini? Aku? Tuhan, mungkin Ia bosan
melihat para budak nafsu yg mengeluh.
Komentar
Posting Komentar